The Promised Neverland menyuguhkan ke pembaca sebuah gambaran dunia distopia, di mana di dalamnya manusia dihadapkan dengan makhluk yang sama cerdas dan lebih kuat darinya, demons. Untuk menjamin keselamatan keselamatan mereka, dibuatlah perjanjian di mana para demons menghuni salah satu belahan dunia dan bisa memproduksi manusia untuk konsumsi mereka. Dalam dunia yang mengerikan itu, terdapat anak-anak dari fasilitas produksi yang ingin melawan takdir dan memulai perjalanan mereka keluar dari neraka itu.
Dalam The Promised Neverland yang ditulis oleh Kaiu Shirai, terdapat dua pandangan yang kental mengisi perjalanan Emma dan Norman, yakni Kosmopolitanisme serta Komunitarianisme. Kosmopolitanisme adalah paham yang mendorong dunia di mana semua orang, terlepas dari latar belakangnya, memiliki kedudukan moral yang sama. Di sisi lain, komunitarianisme adalah pandangan yang melihat identitas seseorang sebagai basis penentu kedudukan moralnya. Perspektif ini kental diisi perkara in group dan out group atau kita vs mereka.
Emma, terlepas dari berbagai kenangan buruk yang disebabkan para demons, tetap tidak menumbuhkan niat untuk menghabisi mereka. la masih melihat mereka, sebrutal apapun itu, sebagai refleksi dari masyarakat manusia, mengingat hubungan sosial serta akal budi yang mereka miliki.
Hal yang ini terlihat dalam hubungan Emma dengan Sonju dan Mujika. Terlepas dari perbedaan di antaranya, manusia dan demon, mereka tetap menjaga hubungan yang baik hingga Emma mendukung solusi pasifis dari Mujika untuk memanfaatkan darahnya. Emma juga mendukung ide reformasi di mana Mujika menjadi sosok pemimpin sebagai pengganti pemerintahan bangsawan, rezim yang mendukung konsumsi manusia.
Sepak terjang Emma terbukti terisi keinginan untuk mewujudkan keamanan manusia tanpa memusnahkan demons (entitas out group) bahkan untuk hidup berdampingan, walaupun berbeda wilayah, sebagai makhluk yang memiliki kedudukan moral yang sama (equal moral standing).
“Only caring about yourself at the expense of others would no longer work. In order to survive, humanity as a whole needed to be saved. National borders were abolished. The worlds became one large Nation,” -The Promised Neverland chapter 179
Pandangan Emma sangat kontras dengan pandangan Norman. Norman, setelah menempuh berbagai eksperimen di Ʌ7214, semakin mengantagoniskan para demons. Kebencian terhadap demons ini terlihat pada pembantaian mereka kala ia berhasil menghancurkan fasilitas Ʌ7214 bersama rekan-rekannya. Lebih lanjut, ia mulai merancang mulai merancang rencana untuk memusnahkan para demons lewat kerja sama dengan salah satu grup demon yang dipimpin Geelan (bekas bangsawan) serta membuat racun yang bisa mendegenerasi mereka.
Langkah revisionis ini (langkah yang mengubah tatanan dunia) akan dicapai dengan menghilangkan populasi demons sehingga mengubah status quo dan membuat manusia bisa menjadi satu-satunya yang berkuasa.
Langkah yang dinilai keji tersebut menjadi contoh perspektif komunitarian Norman. Semua hal yang ia perbuat itu, ia lakukan dengan kepercayaan bahwa satu satunya jalan untuk bertahan hidup adalah dengan memusnahkan para demons. Ide Emma di mana manusia dan demons bisa hidup tanpa harus menghabisi satu sama lain baginya hanya sebuah utopia belaka. Ia tidak menganggap mereka sebagai makhluk yang setara, hanya sebagai monster yang perlu dibunuh bagi keamanan manusia (entitas in group).
Dia menggeneralisasi semua demons sebagai ancaman tanpa mau memperhitungkan demons yang unik seperti Sonju dan Mujika. Meskipun ia memperoleh tekanan dan pertidaksetujuan dari Emma, ia tidak menggubrisnya dengan dalih bahwa ini adalah jalan terbaik bagi manusia.
Namun, pada akhirnya tidak ada yang salah dari kedua perspektif yang dimiliki Norman dan Emma. Keduanya lahir dari tekanan lingkungan yang ekstrem dan idiosinkrasi masing-masing. Sebrutal apapun pandangan dan ide Norman, itu tetap lahir dari keinginannya untuk melindungi sesama manusia dan akhirnya ia pun turut mengambil jalur Emma. Manifestasi pandangan Emma ini pun terlihat dari tatanan dunia manusia yang kini merupakan satu kesatuan (sebuah masyarakat cosmopolitan global), di mana mereka disatukan oleh identitasnya sebagai manusia tanpa melihat negara maupun ras.
Idealisme Emma juga menjadi bukti bahwa untuk hidup, pemusnahan “musuh” bukanlah satu-satunya opsi yang tersedia karena juga terdapat opsi, walaupun sulit, untuk hidup berdampingan dengan damai (peaceful coexistence).
Penulis: Abel Josafat M
An IR student with a habit of resorting to escapism
*Disclaimer, referensi yang dipakai adalah seri manga dari The Promised Neverland