Wednesday , October 15 2025
Memaknai Kehidupan Selayaknya Kaori Miyazono

Memaknai Kehidupan Selayaknya Kaori Miyazono

Saya rasa banyak dari kita yang sudah mengenal atau setidaknya mengetahui siapa Kaori Miyazono itu. Salah seorang tokoh utama di anime Your Lie in April yang menyentuh kita dengan kisah kehidupannya. Sang penulis, Naoshi Arakawa, berhasil menuliskan sebuah kisah cinta penuh romansa yang sayangnya tidak direstui oleh takdir. Namun, di sini saya tidak ingin membahas mengenai kisah suka dan duka dari kehidupan Kaori. Saya lebih membahas mengenai bagaimana Kaori memaknai kisah hidupnya dan juga bagaimana Naoshi Arakawa memberikan sebuah perspektif baru mengenai sikap kita akan kehidupan.

Kaori Miyazono adalah salah satu tokoh di dalam anime Shigatsu wa Kimi No Uso, atau sering juga disebut Your Lie in April. Dia menyukai sang tokoh utama, pianis handal yang kehilangan kepercayaan dirinya, Arima Kousei. Kaori memendam perasaan suka sedari kecil kepada Kousei.

Ketika itu, Kaori takjub oleh performa pertama dari dentingan piano Kousei dan langsung ingin menjadi pengiring pianonya. Sampai akhirnya, mereka berdua dipertemukan di SMP yang sama. Tentu, Kaori ingin lebih dekat dengan Kousei. Namun, takdir berkata sebaiknya. Kaori menderita sebuah penyakit yang menyebabkan membatasi masa hidupnya. Apakah Kaori lantas menyerah begitu saja? Tidak. Kaori masih berusaha untuk mewujudkan impiannya. Kaori ingin hidupnya menjadi berguna bagi sesama. Melalui kisah hidupnya yang singkat, dia ingin menjadi sebuah lentera yang menerangi dan menginspirasi teman- temannya. Kaori tidak ingin menjadi manusia yang hanya membebani orang-orang di sekitarnya. Bahkan, di masa terendahnya sekalipun, dia selalu berusaha untuk tidak membuat orang di sekitarnya khawatir. la tetap kuat menanggung semuanya sendirian, walau tentu rasanya sangat menyakitkan.

Baca Juga  Johan Liebert Adalah Seorang Sufi Yang Salah Jalan

Kisah hidup Kaori memberikan sebuah pandangan baru bagi saya dalam memaknai hidup. Kaori memaknai hidupnya yang singkat sebagai sebuah mahakarya. Kaori tidak terpaku pada kematian yang akan menjemputnya cepat atau lambat. Kaori hanya ingin membuat hidupnya menjadi masterpiece. Tidak hanya sekedar masterpiece, tetapi juga menjadi sebuah karya yang mengagungkan Penciptanya, dan menjadi inspirasi bagi sesamanya. Dalam memaknai hidupnya, Kaori berprinsip bahwa nilai esensial dari sebuah kehidupan terletak pada bagaimana cara kita membuat hidup menjadi sesuatu yang berharga dan berguna, sesuatu yang bermakna, bukan hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi sesama.

Dalam kehidupannya, Kaori tidak terpaku pada batasan yang dibuat oleh konsep kefanaan duniawi. Kita dapat melihatnya dari penampilannya di Towa Hall. Kaori tidak peduli pada tatanan nada, susunan not dan sebagainya. Dia membuat tatanannya sendiri, mengubah nada dan musiknya dan menjadikannya sebuah musik baru yang memukau seluruh penonton.

Kaori juga tidak memaknai hidupnya dari pandangan orang. Baginya, hidup terlalu singkat untuk dimaknai hanya berdasarkan komentar orang-orang. Kaori berubah menjadi dirinya yang baru, melepaskan segala batasannya. Awalnya Kaori melakukan ini agar dia tidak memiliki penyesalan sebelum dia berpulang nanti. Namun, saya pribadi melihat ini sebagai cara baru Kaori dalam memaknai hidupnya. Kaori juga tetap mensyukuri hidupnya. Saya berpikir, terkadang ada saatnya di mana Kaori merasa Tuhan begitu tidak adil padanya. Tetapi apakah Kaori mengeluh? Apakah dengan masa hidupnya yang singkat, Kaori menyalahkan Tuhan dan meninggalkan-Nya? Tidak. Kaori tetap bersyukur dengan apa yang bisa ia peroleh. Dia bersyukur dengan rahmat kehidupan yang dimilikinya.

Baca Juga  Wibu dan Kultur Akademik: Sebuah Gairah yang Mungkin Akan Menyehatkan Iklim Perwibuan Kita

Kita dapat belajar dari teladan kisah hidup Kaori. Terkadang, hidup tidak selalu adil pada kita. Hidup terkadang memberikan kita lemon yang berasa masam. Namun, tetaplah ingat untuk selalu bersyukur. Hidup terlalu singkat jika dihabiskan untuk mengeluh. Lebih baik berusaha, percaya, dan selalu berdoa.

Selain itu, hidup kita adalah milik kita. Kita berhak untuk menggunakannya dengan sebebas-bebasnya tanpa memikirkan bagaimana pendapat orang (ingat, tetap sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku). Tidak ada standar baku mengenai bagaimana kita harus memaknai hidup masing-masing. Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menjadikan hidupnya menjadi mahakaryanya sendiri yang bermakna dan bermanfaat bagi sesama. Kaori Miyazono tidak henti-hentinya mempesona saya dengan kepribadiannya. Tidak peduli seberapa berat penderitaannya, api semangatnya tetap berkobar-kobar. Kaori menunjukkan nilainya sebagai manusia dengan menjadi dirinya sendiri. Bagi saya sendiri, menjadi diri sendiri merupakan sebuah tantangan sulit yang bahkan belum dapat saya kalahkan.

Caranya dalam memaknai hidup tanpa dipengaruhi orang lain, bahkan malah memengaruhi orang lain, sangat membuat saya takjub. Kaori mengajarkan kita untuk menjadikan hidup kita berkesan melalui semua hal yang kita lakukan. Oleh karena itu, sekarang saatnya untuk membuat hidup kita menjadi lebih bermakna dengan cara kita masing-masing. !

Baca Juga  Menilik Kelas Sosial Pada Klan Hyuga Dalam Kacamata Relasi Kuasa Michel Foucault

Penulis: Alexander Holong

Saya Alexander Holong, seorang siswa kelas 11 di sebuah SMA Swasta di Jakarta. Saya penggemar anime bergenre romcom, beberapa anime action, dan juga anime bergenre Slice of Life (terutama yang sad-ending :3). Cita-cita saya ingin menjadi seorang astronom. Bila membutuhkan info lebih lanjut, Mimin dan teman-teman sekalian dapat menghubungi saya melalui Instagram @alexander_holong. Arigatogozaimasu!