Arc Dressrosa merupakan salah satu arc yang sangat berperan di dalam semesta One Piece, pada arc ini kita diperlihatkan dengan beberapa perspektif yang menarik dari dimensi sosial, politik dan budaya. Secara gamblang kita diperlihatkan praktik imperialisme dan feodalisme yang dilakukan oleh keluarga Donquixote, dibalut dengan motif kudeta Raja Riku yang di-framing oleh Doflamingo sebagai Raja yang jahat. Di era kekuasaan rezim Donquixote Family, membawa Dressrosa menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus karena mereka mampu melakukan akumulasi berskala masif melalui bisnis ilegal yang mereka buat.
Di bawah kekuasaan Doflamingo, Dressrosa memang merupakan negara yang makmur, sejahtera dan modern, mereka melakukan praktik perbudakan pada manusia yang diubah menjadi boneka, mayoritas budak berasal dari loyalis lawan politiknya yaitu Raja Riku. Mungkin kalau dilihat dengan paradigma ekonomi, perbudakan ini dapat menekan cost pengeluaran negara karena “manusia boneka” tidak perlu dibayar seperti layaknya manusia normal.
Pro dan kontra pun bermunculan di tengah ruang publik Dressrosa, yang mana beberapa masyarakat ada yang mempertanyakan di mana nilai kemanusiaan rezim Donquixote ini? Tapi banyak dari mereka yang tidak peduli karena mereka merasa bahwasanya kerajaan telah memenuhi hak mereka bahkan memberikannya lebih. Sampai pada puncaknya saat pertarungan Luffy melawan Doflamingo yang mana itu adalah bentuk aliansi antara bajak laut topi jerami dan gerakan kemerdekaan Dressrosa dalam upaya untuk mengkudeta rezim Donquixote. Saat berlangsungnya pertarungan itu, percakapan di ruang publik Dressrosa pun naik satu oktaf yang mana mereka mulai mempertanyakan esensi dari hadirnya sebuah negara.
Ada golongan masyarakat yang menganggap bahwasannya di era kekuasaan Raja Riku dengan konsep negeri agraria memang tidak mempunyai pertumbuhan kapital secara masif dan cepat seperti apa yang telah dilakukan oleh rezim Donquixote.
Akan tetapi pada saat itu rakyat bisa hidup rukun dan tentram tanpa adanya kelas kasta antar masyarakat, dan tidak adanya praktik perbudakan pada era kekuasaan Raja Riku. Beberapa golongan masyarakat ada juga yang menganggap bawahannya Raja Riku Raja Riku tidak tidak bisa membawa kesejahteraan seperti Raja Doflamingo dan menganggap bahwa genosida yang terjadi pada masyarakat Dressrosa 10 tahun yang lalu itu adalah benar-benar perbuatannya dan itu tidak bisa dimaafkan. Pada saat itu Dressrosa dilanda dilema, mau dibawa ke mana negeri mereka yang tercinta itu, kadang kala memang pertumbuhan itu itu sangat penting bagi keberlangsungan peradaban manusia.
Akan tetapi apabila manusia terlalu fanatik terhadap pertumbuhan maka akan lahir masalah sosial yang massal berkaitan dengan kesenjangan dan hiper kapitalisme, begitu pun sebaliknya apabila manusia berhenti bertumbuh maka manusia akan dipertemukan oleh peradaban yang stagnan tanpa adanya inovasi.
Mudahnya masyarakat Dressrosa mempertanyakan kembali kepada diri mereka sendiri, apakah dengan bentuk negara yang fanatik terhadap pertumbuhan ini membuat mereka menjadi bahagia? Atau justru saat Dressrosa di bawah kepemimpinan Raja Riku dengan segala kesederhanaannya yang membuat membuat mereka bahagia? Walhasil kita semua tahu pada akhirnya rakyat Dressrosa memilih untuk dipimpin oleh Riku walaupun alasannya sebenarnya begitu kompleks, tidak hanya urusan fanatik akumulasi atau hidup sederhana dan damai, akan tetapi setidaknya arc ini justru mengingatkan kita untuk mempertanyakan dua pertanyaan kembali:
Pertanyaan pertama apakah dengan kehidupan dengan penuh kompetisi ini membuat kita bahagia atau tidak, dan kedua sebenarnya negara itu hadir untuk memberi kebahagian kepada rakyatnya atau memaksa rakyatnya agar bisa bertumbuh terus tanpa henti?
Penulis: Irland Hadyan