Mengkritik Kebebasan Eren Yaeger dari Sudut Kebebasan Monkey D. Luffy

Mengkritik Kebebasan Eren Yaeger dari Sudut Kebebasan Monkey D. Luffy

Luffy secara eksplisit terlihat selalu bergerak sejalan dengan kebebasan yang diyakininya, akan tetapi Eren malah terjebak di dalam keinginannya untuk menjadi bebas. Eren memang memiliki tujuan untuk bebas, akan tetapi ekosistem sosial yang dimilikinya tidak menghendaki Eren untuk bebas. Di sisi lain, Luffy sebagai seorang bajak laut tidak terikat oleh berbagai regulasi sosial yang dibuat oleh sebuah kumpulan masyarakat. Luffy dengan mudahnya datang dan pergi dari satu pulau ke pulau lain tanpa terikat hubungan dengan keberlangsungan masyarakat yang hidup di suatu peradaban

Sedangkan Eren, dia hidup di sebuah komunitas yang memiliki peradaban dan secara sadar atau pun tidak, Eren telah terikat oleh regulasi-regulasi sosial masyarakat setempat, atau bisa dikatakan kebebasan Eren tidak bisa terealisasi karena dia terseret oleh kehendak sosial.

Kebebasan pada era kebangkitan eropa seringkali dikumandangkan dan dianggap sebagai sebuah nilai yang membawa manusia ke dalam bentuk sejatinya. Banyak filsuf yang berdialektika dengan nilai kebebasan ini dan menilai kebebasan ini sebagai sesuatu yang agung. Manifestasi dari keagungan nilai kebebasan ini termaktub di dalam ideologi yang sangat dekat dengan kehidupan kita yaitu “liberalisme”. Munculnya pemikiran bahwasanya liberalisme ini adalah value terbaik bagi peradaban manusia saat ini karena manusia pada hakikatnya diyakini adalah makhluk yang bebas.

Baca Juga  Kesadaran Akan Waktu Edward Newgate - Shirohige

One Piece mencoba memproyeksikan nilai kebebasan sebagai fondasi utama dalam ceritanya. Luffy sebagai tokoh utama seringkali memperlihatkan gestur ataupun kalimat yang menunjukan keyakinannya pada kebebasan secara eksplisit maupun implisit. Tidak hanya Luffy bahkan orang- orang di sekitarnya pun juga ikut mengamalkan nilai kebebasan ini di dalam kehidupan mereka. Pukulan Luffy ke salah satu Tenryuubito dan pembakaran bendera World Government yang dilakukan Usop adalah salah satu bentuk perlawanan bajak laut topi jerami terhadap keterkekangan.

Di anime yang lain, kita juga bisa meninjau Attack on Titan memiliki basis nilai yang sama dengan One Piece. Eren Yeager sebagai karakter utama meyakini bahwasanya hakikat manusia adalah bebas. Dia memiliki tujuan untuk membebaskan kaumnya dari kekangan Titan yang selalu menghantui kehidupan kaumnya. Eren meyakini bahwasanya di luar tembok ada sebuah kebebasan yang menantinya, dan alasan itulah yang mendorong Eren ke dalam perjuangannya untuk melawan Titan.

Dari kedua serial anime ini kita bisa melihat kesamaan bahwa nilai kebebasan yang mendorong mereka untuk terus berjuang untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi dari kedua anime ini juga kita bisa melihat sebuah perbedaan, melalui output manifestasi nilai kebebasan dari kedua tokoh ini yang ternyata berbeda.

Baca Juga  Filsafat Eksistensialisme Gaara Dalam Menentukan Jalan Nasibnya Sendiri

Sebenarnya fenomena ini sudah ditemukan oleh para akademisi yang bergelut dalam penelitian sejarah peradaban manusia. Manusia baru muncul di panggung kehidupan ini sekitar 350 ribu tahun yang lalu, dan baru sekitar 10 sampai 12 ribu tahun yang lalu manusia mengenal budaya bermukim yang demikian adalah cikal bakal dari sebuah peradaban. Sebelum mengenal budaya bermukim, nenek moyang kita hidup dengan cara berpindah-pindah tempat atau para sejarawan menyebutnya sebagai ‘pemburu pengumpul’ dan kehidupan seperti itu tidaklah memunculkan regulasi sekompleks era bermukim. Manusia pada era pemburu pengumpul tidak memiliki sistem regulasi sosial sekompleks masyarakat yang hidup di era peradaban karena hidupnya cenderung lebih egaliter.

Mengutip kalimat dr. Ryu Hasan bahwa “munculnya kasta dan elit pemalas merupakan sebuah konsekuensi dari sebuah peradaban”. Pastinya selama kita hidup di dalam ekosistem pemukiman yang membentuk sebuah peradaban, maka kita akan terus ikut terseret oleh kehendak sosial.

Banyak yang berpendapat rumbling yang dilakukan Eren adalah bentuk dari keterangannya terhadap obsesi kebebasannya, namun yang terjadi sebenarnya Eren adalah budak dari kebebasan yang dia yakini selama ini. Ternyata ada faktor lain yang membuat Eren malah terkekang oleh obsesinya, dia terus menerus memikirkan keberlangsungan dunia di masa depan. Keterikatan pada obsesi demikian lah yang kemudian membuat Eren tidak bisa mendapatkan kebebasan seperti Luffy.

Baca Juga  Anti Natalisme dan Cita-cita Euthanasia Zekke Yeager

Penulis: Irland Hadyan