Rumbling Adalah Pilihan High Risk, Low Return dari Eren Yeager untuk Masyarakat Eldia

Rumbling adalah Pilihan High Risk, Low Return dari Eren Yeager untuk Masyarakat Eldia

Ketika hidup memberikan Eren Yeager dua pilihan untuk memilih antara cinta atau kemanusiaan, Eren memutuskan untuk memilih cinta dan menanggalkan kemanusian demi sebuah rasa kasih kepada orang-orang terdekatnya. Sebuah pertentangan yang dimenangkan primordialisme menuntun Eren untuk memberikan kehidupan ideal kepada mereka yang “beruntung”, meski pada akhirnya keberuntungan itu hanya berlangsung sementara tanpa adanya keberlanjutan di masa depan bagi umat manusia, terutama kepada bangsa Eldia. Rumbling atau Guncangan yang ia pakai untuk menghabisi 80 persen umat manusia demi menyelamatkan bangsanya, bukan sebuah pilihan mutlak yang akan memberikan keselamatan bagi bangsa Eldia untuk terus memiliki keberlangsungan.

Melainkan, hal itu sudah pasti memberikan kehancuran bagi mereka di masa depan karena kurungan dendam bangsa lain yang suatu saat akan terlampiaskan kepada mereka. Eren akhirnya memilih pilihan yang memiliki high risk, tapi sesungguhnya menghasilkan hasil akhir yang low return bagi Eldia, maupun dunia secara umum.

Terlahir dan tumbuh dalam keadaan konfliktual, Eren terpaksa untuk memahami situasi yang dikelilingi oleh segenap kepasrahan. Secara lahiriah, kehadiran Eren mungkin adalah sebuah kepingan puzzle yang selama ini dicari-dicari untuk menuntaskan kepasrahan itu agar mengubahnya menjadi rasa optimis. untuk

Baca Juga  Falsafah Haikyuu: Kemenangan Datang dari Keharmonisan

Adanya Eren bisa jadi memungkinkan memberikan hasil akhir kepada konflik yang telah berkepanjangan untuk membangun harapan. Tapi ia bukan juru selamat, ia menyadari bahwa dirinya juga manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan. Dan karena kekurangannya ia mengakui bahwa harapan adalah suatu abstraksi yang belum tentu sepenuhnya bisa sesuai dengan keinginan manusia.

Mungkin itu alasan mengapa ia menolak rencana Zeke Yeager untuk memberikan keselamatan bagi dunia dengan mengorbankan kerabatnya, dan lebih memilih untuk mengorbankan dunia demi orang-orang yang ia cintai.

Perbedaan antara jalan pikir dari Zeke dan Eren tentu dipengaruhi oleh batas kemapanan dan kesengsaraan yang dimliki mereka berdua. Meski mereka sama-sama seorang Eldia, Zeke pernah memiliki pengalaman hidup dalam kondisi kemapanan, berbeda dengan Eren yang sedari awal telah melihat tembok yang menjadi alegori betapa terkurungnya dia dan rekan-rekannya. Zeke, adalah sosok yang memiliki darah kerajaan, sedari awal kerangka berpikirnya telah bertindak sebagai seorang pemimpin yang bertanggungjawab atas hajat orang banyak. Dalam setiap upaya untuk menciptakan stabilitas dan keberlangsungan, Zeke memercayai harus ada sebagian orang yang terpinggirkan dan menjadi korban demi kebaikan bersama.

Sedang Eren yang selama ini terkekang dalam kesengsaraan dan memiliki label sebagai korban menganggap sebaliknya; bahwa segenap orang harus menjadi persembahan untuk keberlangsungan hidup sebagian orang.

Baca Juga  Orang Jahat Lahir Dari Orang Baik yang Dibuat Menunggu

Narasi Eren maupun Zeke terlahir dalam konsepsi identitas yang berbeda, Eren memandang identitas sebagai sebuah konflik, maka wajar baginya memilih menyelamatkan kerabatnya dari kebuasan identitas lain ketimbang mempersatukan identitas itu untuk menyelamatkan semua orang.

Pilihan Eren memang merupakan hasil dari realitas yang ia dapatkan dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan yang ia lihat berdasarkan pengalaman maupun dari kekuatan Titan yang ia miliki. Realitas itu akhirnya menyadarkan Eren akan konflik identitas yang selalu membelenggu dalam lintasan sejarah umat manusia, tak terkecuali antara bangsa Eldia dan bangsa Marley.

Konflik identitas memberikan kesadaran kepada Eren tentang sifat dasar manusia yang kerap berselisih demi kepentingan pribadi. Tak ada yang bisa menyelesaikan konflik itu selama manusia masih memiliki keberlangsungan di dunia. Maka yang ia bisa lakukan hanya menunda konflik itu sampai batas waktu yang lama, bukan menghentikannya.

Tapi meski demikian, bagi Eren yang memahami bahwa kita hanya bisa mencari kemenangan—bukan keadilan— ketika hidup di dunia yang penuh oleh mala ini, maka baginya sah-sah saja memilih jalan paling berisiko dan memutuskan untuk menyelamatkan apa yang perlu ia selamatkan. Lagipula, konflik identitas yang ia lewati selama itu membuka matanya tentang betapa utopisnya bila kita ingin menyelamatkan semua orang, dan dan betapa sia-sianya bila kita ingin menjadi martir agar semua orang dapat bersatu.

Baca Juga  Analisis Karakter Tohru Honda dari Fruit Basket: Ketika Penerimaan Diri Menjadi Sebuah Kekuatan

Di dunia ini yang tak jauh dari kegetiran dan kehampaan, musibah serta bencana, rasanya memilih hidup untuk menanggung dosa kita sendiri-sendiri adalah pilihan yang paling ideal; toh dari sebuah ayat yang termaktub dalam kitab suci mengatakan: manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas tindakannya sendiri, bukan untuk orang lain.

Penulis: Pikri Alamsyah