Apa animanga hanya mengajarkan tentang semangat pantang mundur? Dalam penulisan kreatif, ketimbang menekankan ceritanya pada sebuah pesan atau amanat, seorang penulis cerita cenderung lebih menekankan pada konsep alternatif kehidupan atau pada sebuah masalah yang ingin dibahas melalui karyanya. Masalah tersebut, tidak sekadar persoalan fiktif yang dihadapi karakternya, namun seringkali juga dapat kita temukan di kehidupan kita sehari- hari. Seperti halnya apa yang dialami karakter dalam cerita Haikyuu, Shinsuke Kita. Shinsuke Kita merupakan kapten dari sebuah tim unggulan asal Hyogo, SMA Inarizaki. Ironisnya, meski memegang tanda kapten, ia bukanlah pemain inti di dalam timnya. Alih-alih hanya sekadar kebutuhan, dia memang murni pemain cadangan yang selalu dimasukkan ketika timnya sudah memimpin. Bukan demi strategi, namun karena memang setiap pemain inti Inarizaki, dari yang top 5 aces, Ojiro Aran, sampai yang tak diketahui seperti Oomimi dan Ginjima, punya dasar permainan voli yang bagus. Sedang Kita, hanya memiliki receive dan serve yang mumpuni.
Meski begitu, bukan alasan skill dan performa di lapangan yang membuatnya menjadi seorang kapten. Namun karena personaliti yang dimilikinya. Seorang kapten tak perlu mencetak poin terbanyak seperti Ushiwaka, seorang kapten tak perlu selalu menjadi pencipta permainan seperti Oikawa, namun kapten adalah mereka yang bisa diteladani, baik di dalam, maupun di luar lapangan oleh rekan setimnya. Tak peduli dia hanya seorang cadangan, setiap kali masuk lapangan, Shinsuke Kita selalu mengeluarkan permainan terbaiknya. Menerima semua bola, tak peduli sesulit apa. Mengantisipasi kesalahan juniornya yang teledor. Datang pertama ketika latihan. Jadi orang yang paling baik nilainya. Menjadi orang yang paling konsisten menjaga fisiknya. Ibarat mesin, dia adalah sosok yang sempurna dan sangat dibutuhkan di sebuah tim. Bahkan di tim sehebat Inarizaki atau Itachiyama sekalipun.
Ya, dia berusaha. Dia berlatih keras. Menjaga kesehatan. Datang lebih awal. Menjaga nilainya. Namun, semuanya tak pernah membuatnya menjadi seorang pemain inti. Bandingkan dengan Miya bersaudara yang gemar bermain-main namun langganan tim inti. Meski begitu, dia tahu kalau dia punya tugas. Dia menjalaninya, dan terus berada dalam jalurnya. Hingga dewasa, ia memutuskan menjadi petani, profesi yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan di dalamnya.
Ingatlah, kamu harus berusaha keras. Namun, takkan semua usahamu terbayar seperti yang kamu harapkan. Kamu terus latihan dan menjaga kesehatan serta nilai, dengan harapan kamu masuk inti? Jangan patah semangat ketika hasilnya tak selaras. Karena barangkali, dari usahamu itu, ada orang lain yang tergerak dan menjadi hormat padamu. Karena barangkali, Tuhan tengah menyiapkan skemanya membuatmu menjadi seorang pribadi yang jauh lebih tegar menghadapi hidup. Kamu cukup bersabar. Terus lakukan. Ketika hasilnya tak pernah kau tuai, lihat dari sudut pandang berbeda. Barangkali hasil dari usaha konsistenmu selama latihan dan bertanding bukanlah langganan menjadi pemain inti, namun jabatan kapten yang membuatmu jadi orang dihormati di tim. Tanda kapten tidaklah diemban oleh orang- orang biasa, mereka adalah monster yang sesungguhnya. Mereka lah monster di dalam kehidupan!
Penulis: Jabal Rachmat Hidayatullah
Jabal RH Begitulah saya sering ketika di dunia maya. Tak lebih dari orang yang berharap normalisasi kata wibu.