Bagaimana Eskapisme Mengisi Keseharian Masyarakat Dalam Anime Paranoia Agent

Bagaimana Eskapisme Mengisi Keseharian Masyarakat Dalam Anime Paranoia Agent

Terkadang, rutinitas dan stress yang terkumpul dari keseharian dapat mendorong kita untuk mengalihkan pikiran kita, misalnya ke sesuatu yang menenangkan diri. Hal ini lah yang disebut sebagai eskapisme/escapism, tindakan mengalihkan diri dari kenyataan/rutinitas kita. Hal ini bisa dilakukan dengan pikiran kita sendiri atau dengan media eskapisme seperti hiburan via game dan film. Tindakan yang mungkin terlihat tidak membahayakan ini jika tidak dibiarkan tumbuh tanpa kendali bisa menjauhkan individu dari realita, menjadikannya sebuah self-deception.

Tsukiko Sagi, wanita muda yang telah mencapai ketenaran di lingkungan kerjanya, juga kerap larut dalam eskapismenya. Kesuksesan yang ia peroleh dari salah satu karakter yang ia desain, yakni Maromi, turut membawa lebih banyak tekanan dan meningkatkan ekspektasi atasannya akan dirinya.

Keletihan akibat stress yang terkumpul itu ia hadapi dengan beralih ke dalam eskapisme, dengan menghadirkan Maromi selaku sosok yang menenangkan dan menemaninya. Namun, ketenangan yang ia peroleh ini tidak bertahan lama. Seiring berjalannya waktu, stress kerjanya itu terus terakumulasi hingga sosok Maromi tidak lagi cukup. Singkatnya, kini ia memerlukan eskapisme baru, sesuatu yang bisa menyingkirkan bebannya. Di sinilah, Shounen Bat/Li’l slugger, sosok anak bersepatu roda yang menggenggam tongkat kasti lahir. Di sini pula, Tsukiko terselamatkan dari stressnya oleh “serangan” Shounen Bat. Sebuah karakter ciptaannya yang melampaui Maromi karena kini Shounen Bat akan memulai teror dalam masyarakat.

Baca Juga  Bajak Laut Topi Jerami Mencari Kebenaran dengan Melawan Rezim Kemapanan

Lalu bagaimana eskapisme yang dibentuk Tsukiko ini bisa meluas ke masyarakat Musashino City? Jawabannya terdapat pada media, baik televisi maupun koran.

Serangan Shounen Bat yang menimpa Tsukiko ini dipublikasikan besar-besaran oleh media, memberikan dirinya dan Shounen Bat lebih banyak perhatian. Sorotan media ini membuat masyarakat sadar akan keberadaan seorang Shounen Bat, sosok anak kecil yang menyerang orang tanpa pola yang jelas.

Hal ini terbukti akan banyaknya kasus serupa di mana orang-orang mengaku diserang oleh Shounen Bat setelah terpublikasinya “serangan” terhadap Tsukiko. Setiap orang tentu memiliki stress yang berbeda-beda, perbedaan ini lah yang juga mempengaruhi bagaimana mereka menjalankan eskapisme masing-masing.

Variasi ini terihat pada setiap karakter dalam Paranoia Agent, seperti Masami Hirukawa, seorang polisi korup yang terjepit masalah hutang dengan Yakuza. Dalam melunasi hutangnya, ia beralih menjadi seorang pencuri di malam hari. Tekanan moral yang ia hadapi diatasi dengan membayangkan dirinya sebagai protagonis dari sebuah cerita heroik. Namun, seiring berjalannya waktu, tekanan antara dua identitas dan eskapisme dalam dirinya semakin besar dan ia membutuhkan sesuatu yang baru secara tidak sadar. Hasil yang berbeda juga terlihat pada seorang pelajar kelas 8 bernama Makoto Kozuka. Eskapisme dirinya terlihat pada pandangannya terhadap dunia sebagai sebuah game RPG dan perannya sebagai karakter utama di dalamnya. Seperti eskapisme lainnya, ini adalah caranya untuk keluar dari kebosanan dan tekanan dari kesehariannya.

Baca Juga  Mencintai Hidup Dalam Ketidakpastian: Anime Kakegurui

Namun, kebiasaan eskapisme ini terus tumbuh hingga ia, seperti Tsukiko, juga membutuhkan sesuatu yang lebih. Di sinilah Makoto melirik Shounen Bat, sosok yang sedang mendapat sorotan masyarakat dan media, dan mulai eskapisme barunya, dengan menjadi Shounen Bat sendiri.

Perbedaan lainnya juga terlihat pada Misae Ikari, istri dari detektif Ikari, seorang wanita yang memiliki penyakit mematikan dan dibayangi kematian. Stress yang dihasilkan oleh penyakit dan beban sosial yang dibawanya, terutama terhadap suaminya, tentu membuka jalan bagi eskapismenya. Dia kerap memikirkan bagaimana suaminya akan lebih baik jika ia meninggal saja, tanpa harus membiayai pengobatannya. Namun, berbeda dengan karakter lain, ia memiliki tekad/will yang kuat, sesuatu yang membuatnya bisa mengekang eskapisme dan mencegah dirinya untuk berserah ke Shounen Bat untuk memperoleh false salvation.

Satu garis lurus bisa ditarik di antara tiga karakter tersebut, bahwa eskapisme merupakan mekanisme umum ketika dihadapkan pada stress dan tekanan. Namun, bagaimana eskapisme ini akan tumbuh akan bergantung pada sifat individu itu, apakah dia memiliki tekad yang kuat? Apakah dia sudah muak akan stress yang dihadapi?

Eskapisme yang telah diperlihatkan karakter seperti Makoto dan Masami merupakan contoh dari melarikan diri dari tekanan dunia nyata. Berbeda dengan Misae, di mana walaupun ia memelihara pikiran untuk mati, ia tetap mengontrolnya dan memilih untuk berjalan melewati tekanan itu. To confront the stress rather than escaping it Kecenderungan untuk beralih ke eskapisme dari tekanan keseharian, seperti yang diperlihatkan dalam karakter dalam Paranoia Agent, bukanlah sesuatu yang buruk. Namun, eskalasinya yang mendorong kita untuk semakin menjauhi beban hingga hidup perlu diwaspadai. Jangan bertumpu pada ad hoc relieve/kelegaan sementara dari eskapisme (apalagi Shounen Bat), dan alihkan pandangan ke dunia nyata, terlepas dari beratnya tantangan yang ada di hadapan kita.

Baca Juga  Falsafah Haikyuu: Kemenangan Datang dari Keharmonisan

Easier said than done, but that’s just part of living.

Penulis: Abel Josafat M

An IR student who sometimes resorts to escapism.